HARUSKAH AKU PERCAYA
KEPADA YESUS???
Sebuah Refleksi Kisah
”Dan keselamatan itu tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Dalam perenunganku beberapa waktu ini, sebuah pertanyaan muncul dipikiranku, yang membuatku bertanya-tanya dan mencari jawabannya. “Haruskah aku percaya kepada Yesus??” Saya pikir pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang hampir pasti ditanyakan oleh banyak orang. Perenunganku ini membawa aku kembali pada suatu percakapan dengan seorang supir taksi, 2 tahun silam. Dalam percakapan itu kami banyak berbicara mengenai kehidupan dan kematian. Kami sama-sama setuju bahwa kehidupan terkadang merupakan sebuah peristiwa yang berulang-ulang seperti sebuah siklus (lahir-bertumbuh dewasa-mati). Siklus yang pada akhirnya membawa banyak manusia kepada kejenuhan hidup. Kami juga banyak berbicara mengenai kehidupan yang kami jalani, mengenai bagaimana sulitnya menjalani hidup di zaman yang semakin maju ini, zaman yang memberikan manusia ketidakpastian dalam menjalani hidup.
Namun di tengah pembicaraan kami, saya cukup terkejut ketika pak supir mengutarakan kekuatirannya akan kehidupan tetapi dia juga kuatir akan kematian. Dia mengatakan, “Jangankan hidup di dunia, akhirat aja kita juga belum tentu selamat.” Mendengar hal itu, saya mulai bertanya kepada bapak ini, ”Mengapa tidak pasti pak? Bukankah setiap agama punya jalan keselamatannya masing-masing?” Dia hanya tersenyum getir tanpa berkata apa-apa.
Kematian seringkali menjadi hal yang begitu sensitif untuk dibicarakan. Banyak orang seringkali menghindar ataupun menolak untuk membicarakan topik ini. Kematian seakan menjadi barang yang tabu untuk dibicarakan. Rasanya membicarakan hal ini, sepertinya hanya akan membawa kematian semakin mendekat kepada kita. Perilaku ini juga dapat terlihat di beberapa bangunan yang tidak memiliki lantai 4, 14,dan seterusnya. Hal ini dilakukan karena angka 4 dalam bahasa Mandarin punya pengertian yang hampir sama dengan ”mati”. Semua ini, semakin menjelaskan betapa takutnya manusia terhadap ”kematian”. Kematian seakan menjadi hantu yang senantiasa menghantui kehidupan manusia.
Hal inilah yang membuatku mulai bertanya, ”Haruskah Aku Percaya Kepada Yesus??” Jika di dalam dunia tidak ada seorangpun yang sanggup menjamin keselamatanku, lalu apa istemewanya seorang Yesus? Yang berarti aku harus percaya kepadanya untuk mendapatkan keselamatan. Bahkan tidak takut menghadapi kematian sekalipun. Mampukah Yesus menjamin semua itu?? Ketika aku berpikir, terlintas dipikiranku sebuah ayat dalam Kisah Para Rasul 4:12 yang mengatakan, ”Dan keselamatan itu tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Sebuah ayat yang begitu fenomenal. Sebuah ayat yang begitu menggetarkan. Sebuah tindakan yang sangat berani yang dilakukan oleh Petrus dan juga Yohanes, mengingat saat itu mereka berada di pengadilan, di hadapan para mahkamah agama, karena banyaknya orang yang percaya kepada Yesus. Bayangkan saja, di hari ketika mereka memberitakan tentang Yesus, Kisah Para Rasul 4:4 menyebutkan bahwa jumlah orang percaya menjadi kira-kira 5000 orang laki-laki (belum termasuk wanita dan anak). Suatu peristiwa yang luar biasa. Tetapi apa istimewanya Yesus?? Sehingga kita harus percaya kepada-Nya?? Karena ada keselamatan di dalam Yesus.
Masalah utama kehidupan manusia memang tidak dapat dilepaskan dari ”DOSA”. Keberadaan dosa dalam hidup manusia membuat manusia seringkali tidak lagi dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Bahkan akibat dosa membuat manusia tidak lagi dapat melakukan sesuatu yang benar. Dosa yang mengikat manusia juga menjadikan dunia kita tidak lagi memiliki kebenaran yang absolut/mutlak. Coba perhatikan tiap norma yang ada dalam masyarakat, samakah norma dalam suatu masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya?? Tentu saja berbeda. Bahkan dalam masyarakat dunia berkembang yang namanya bohong putih (sering juga disebut sebagai bohong untuk sebuah kebaikan). Bayangkan, untuk melakukan kebaikan saja, manusia harus melakukan sebuah kesalahan.
Sementara kita terus melakukan kejahatan, di sisi lain kita berusaha mengimbangi perbuatan jahat kita dengan melakukan sebanyak-banyaknya perbuatan baik, yang tentunya tidak cukup untuk menutupi semua perbuatan jahat kita. Apalagi perbuatan baik kita, seringkali juga dilakukan tanpa ketulusan hati, penuh intrik dan tipu muslihat. Suka atau tidak, inilah kenyataannya. Jika keselamatan kita ditentukan oleh perbuatan baik kita, maka merupakan sesuatu yang sangat ”MUSTAHIL” bagi manusia mendapatkan keselamatan. Kalau tidak percaya, coba lakukan perhitungan, dalam satu hari berapa banyak kita melakukan kebaikan dan berapa banyak kita melakukan kejahatan (Ingat hal ini bukan hanya yang tampak dalam tingkah laku, tetapi juga menyangkut pikiran dan hati kita)? Dan anda akan melihat hasil yang mengagetkan, karena pada akhirnya kejahatan kita lebih banyak daripada kebaikan kita.
Dan pertanyaan yang lebih dalam, ”Jika semua manusia berdosa dan tidak bisa melepaskan diri dari keberdosaannya, maka mungkinkah manusia bisa saling menyelamatkan? Rasanya hal itu tidak mungkin. Bagaimana kita bisa menyelamatkan orang lain, sementara kita sendiri tidak sanggup menyelamatkan diri kita sendiri? Bahkan pada kenyataannya, tidak ada seorang manusia pun yang rela mati bagi manusia lainnya. Jangankan memberikan nyawa, berbagi tempat duduk di dalam busway saja sudah sulit, benar tidak?? Celakanya Dosa yang kita hadapi membawa kita ke dalam maut, yang berarti kematian. Aku ingat dalam surat Roma 6:23 dikatakan bahwa upah dosa adalah maut.
Jika manusia tidak dapat melepaskan diri dari dosa, siapa yang dapat membebaskan manusia dari dosa dan maut? Ketika merenungkan pengharapan iman ini, sekali lagi aku membuka Kisah Para Rasul 4:12, dan melihat satu jawaban mutlak yang aku perlukan untuk menjawab pertanyaanku mengenai keselamatan hidupku, yaitu Yesus Kristus.
Kita seringkali mendengar suatu ungkapan yang mengatakan, ”Apalah arti sebuah nama...” Melalui pribadi Yesus, kita bisa melihat betapa pentingnya arti sebuah nama. Sebuah nama yang diberikan oleh orang tua kita, harusnya merupakan sebuah harapan dari orang tua terhadap hidup dan masa depan anaknya. Nama Yesus sendiri dalam bahasa Aram maupun Ibrani memiliki arti Allah menyelamatkan. Jadi jelas sekali, bahwa kehadiran-Nya di dalam dunia mempunyai suatu misi untuk memberikan keselamatan bagi banyak orang.
Namun sebuah nama bukan hanya sebatas nama, tetapi nama dalam pengertian bahasa aslinya (bahasa Yunani) memiliki makna kuasa atau otoritas. Ketika kita berbicara mengenai keselamatan, maka kita akan berbicara mengenai pribadi Allah, karena hanya Allah yang dapat membebaskan manusia dari dosa. Dan Allah menyerahkan tugas penyelamatan itu kepada Yesus. Allah memberikan otoritas dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan hanya kepada Yesus bukan kepada orang lain.
Untuk memahami hal ini, kita perlu sejenak melihat dalam dunia kita sehari-hari. Ketika kita memberikan perintah kepada seorang kurir, maka kurir itu akan melakukan perintah tersebut berdasarkan otoritas dan kuasa yang diberikan atasannya. Dan tidak ada seorangpun yang dapat melakukan pekerjaan itu selain kurir yang diberikan perintah.
Demikian halnya dengan tugas penyelamatan Allah bagi manusia. Tugas ini tidak dapat dikerjakan oleh orang lain, karena hanya Yesus yang diberikan kuasa untuk menyelamatkan manusia dari dosa yang mengekang manusia. Jika demikian, ”Haruskah aku percaya kepada Yesus?” Jawabannya HARUS. Karena hanya Yesus yang dapat menyelamatkan hidupmu dan hidupku.
Setelah aku merenungkan hal ini, aku berdiam diri sejenak dan berdoa kepada Tuhan Yesus, bersyukur untuk keselamatan yang Dia berikan padaku. Dan sekali lagi imanku kepada-Nya dikuatkan. Terima kasih Tuhan Yesus.
Jesus Bless You All
Bernard Chiang
http://myreflectionstory.blogspot.com
1 April 2009
No comments:
Post a Comment