Thursday, April 9, 2009

KESERUPAAN HIDUP DALAM KRISTUS (PART 1)
FILIPI 2:6
“Yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan.”

Dalam minggu ini, setiap orang Kristen sibuk dengan segala persiapan untuk rangkaian kegiatan Jumat Agung dan Paskah. Bahkan setiap pemeluk agama Katolik, sudah memulai puasa pada minggu-minggu sebelumnya, untuk mempersiapkan diri masuk ke dalam Jumat Agung dan Paskah. Saya ingat ketika saya sekolah (dari TK sampai SMA di Strada), dua mniggu sebelum Paskah kami diikutsertakan dalam Misa di Gereja Katolik, yang diakhiri dengan mengambil komitmen untuk berpuasa. Saya rasa bukan hanya dalam Katolik saja, tetapi dalam kekristenan pun persiapan untuk masuk dalam Paskah juga terus dilakukan.
Jumat Agung dan Paskah selalu memiliki makna yang mendalam di kehidupan setiap orang yang percaya kepada Yesus. Di Filipina, Jumat Agung diperingati dalam cara yang agak ekstrim, yaitu dengan menyalibkan seseorang sama seperti Tuhan Yesus dan diarak berkeliling kota.Di Spanyol peringatan Jumat Agung dirayakan selama 9 jam, dengan 4000 orang memikul pasos (patung-patung kayu Yesus seukuran manusia, ada juga patung Bunda Maria, yang ditempatkan di atas sebuah kereta dan dipikul keliling kota yang beratnya mencapai 5 ton). Dan tentunya masih banyak lagi prosesi perayaan yang menarik dan unik di berbagai Negara lainnya.
Namun yang menarik dari semuanya itu adalah suatu kenyataan bahwa setiap orang berupaya sekuat tenaga untuk menyerupai Kristus dalam penderitaan-Nya, ketika Yesus menapaki jalan salib. Baik dengan menyalibkan diri di salib ataupun dengan membuat patung-patung seberat 5 ton yang diarak keliling kota. Tujuan utamanya adalah agar mereka dapat memaknai Jumat Agung, di mana Yesus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Namun jika kita berpikir sejenak mengenai berbagai macam kegiatan Jumat Agung dan Paskah, “Apakah keserupaan yang seperti ini yang diinginkan Tuhan ketika kita mengenang penderitaan, kematian, bahkan kebangkitan-Nya nanti? Tentu saja TIDAK. Bahkan ketika Paulus berkata hal demikian dalam Filipi 3:10, bukan berarti kematian kita harus serupa dengan Dia, atau penderitaan kita harus sama dengan Yesus, tetapi makna dari kematian-Nya, makna dari penderitaan-Nya, itulah ide yang dijelaskan Paulus dalam hal ini.Bukan “How Jesus Die”, tetapi “Why Jesus Die”. Bukan keserupaan dalam CARA tetapi keserupaan dalam HIDUP.
Hal inilah yang ditegaskan oleh Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi. Mereka adalah orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus, mereka sudah menerima anugerah keselamatan dari Yesus, mereka pernah menjadi jemaat yang luar biasa bertumbuh dalam iman kepada Yesus, sesuatu yang dapat kita lihat dalam Ucapan syukur dan doa Paulus dalam Filipi 1:3-11. Tetapi ketika mulai masuk dalam Filipi 1:12-seterusnya kita mulai melihat ada masalah dan pergumulan dalam kehidupan mereka berjemaat, yang beberapa diantaranya muncul dalam Filipi 2:2-5. Mereka tidak lagi sehati, sepikir, mereka mulai mencari kepentingan diri sendiri, dan mereka tidak lagi menaruh pikiran dan perasaan dalam Kristus. Sehingga Paulus kembali menggunakan teladan Yesus untuk mengajar jemaat di Filipi. Yaitu dalam Filipi 2:6, “Yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan.”
Teladan ini merupakan sebuah teladan yang luar biasa. Sebuah teladan yang sempurna. Di tengah keinginan manusia menjadi Allah, Yesus justru tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, supaya Dia dapat turun ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia. Apakah anda pernah berpikir betapa enaknya menjadi Allah? Saya terkadang berpikir seperti itu. Wah betapa enaknya jadi Allah, bisa atur ini-atur itu. Buat hidup jadi lancar, bikin keinginan hidup saya terpenuhi. Saya suka dengan film “Bruce Almighty”. Film ini menceritakan tentang seorang manusia yang merasa hidupnya berantakan, dan dia menganggap Tuhanlah penyebab kesalahan itu. Jadi Sampai akhirnya Tuhan memberikan dia kesempatan untuk merasakan dan menjadi Allah. Dia mulai beraksi, dia bereskan hidupnya, masa lalunya yang buruk menjadi apa yang dia inginkan. Bukankah hal ini yang diinginkan setiap manusia, yang telah membuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa?
Namun Tuhan menjalani sesuatu yang tidak masuk akal dalam pikiran manusia. Dia lebih memilih turun ke dalam dunia dan menjadi manusia, dibandingkan mempertahankan posisinya dan eksistensinya sebagai Allah. Dia lebih memilih untuk menempuh jalan salib dibandingkan kenyamanan surga. Dia lebih memilih anda dan saya diselamatkan daripada Dia harus melihat kita binasa.
Anugerah keselamatan yang diberikan oleh Yesus Kristus selalu memiliki dua sisi untuk dipandang. Sisi yang pertama adalah sisi yang senantiasa manusia lihat. Manusia melihat betapa dirinya adalah manusia yang hina, manusia yang tidak layak untuk dikasihi, manusia yang tidak layak untuk menerima anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus. Tetapi ada satu sisi lainnya yang senantiasa Allah lihat, yaitu betapa berharganya kita bagi Allah. Seburuk apapun manusia, sejelek apapun manusia, kita tetap merupakan ciptaan yang paling berharga bagi Allah. Dan itulah yang membuat Tuhan Yesus rela meninggalkan tahta kerajaan-Nya untuk turun ke dalam dunia yang kotor dan hina, untuk menyelamatkan manusia yang berharga bagi Allah supaya tidak binasa.
Di dalam hidup ini ada banyak hal yang berharga, yang andaikan saja kita mau berhenti sejenak dan melihatnya dalam cara bagaimana Tuhan Yesus melihatnya. Namun betapa seringnya kita mengabaikannya, hanya karena kita selalu melihat ketidak-layakkan dalam sisi manusia. Sadarkah kita betapa berharganya keluarga kita? Jika ya, berapa banyak waktu yang sudah kita berikan untuk keluarga kita?? Sadarkah kita betapa berharganya hidup kita? Jika ya, seberapa banyak waktu yang sudah kita berikan untuk membangun diri kita, membangun iman kita? Saat Teduh?? Doa pribadi?? Sadarkah kita betapa berharganya saudara seiman kita?? Orang-orang yang duduk di sisi kita ketika kita beribadah?? Jika ya, sudahkah kita memperhatikan mereka, tahu pergumulan hidup yang mereka hadapi, dan bukan membicarakan kejelekannya tetapi berdoa baginya??
Peristiwa Jumat Agung dan Paskah bukan hanya sekedar berbicara mengenai peristiwa kematian Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia. Tetapi kedua peristiwa ini menunjukkan kepada kita nilai diri kita di hadapan Tuhan. Yang menunjukkan betapa berhaganya kita di hadapa Tuhan. Sehingga bagi Tuhan Yesus, turun ke dalam dunia dan mati bagi manusia bukanlah sebuah misi yang patut untuk disesalkan tetapi sebuah misi yang layak untuk dijalani, supaya anda dan saya dapat memiliki relasi kembali dengan Allah.
Demikian halnya dalam hidup kita. Keserupaan hidup dengan Kristus yang dapat kita pelajari hari ini adalah Belajarlah melihat betapa berharganya segala sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita (keluarga, masalah, hidup, maupun saudara seiman). Dan bukan hanya belajar tetapi juga lakukanlah semuanya itu dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai murid Kristus.

No comments:

Post a Comment